Persatuan..

Tadzkiroh…
merenungi kembali pesan-pesan Alm. Ust. Rahmat Abdullah..

merenungi kembali tentang persatuan..


“Dan mereka senantiasa berselisih, kecuali yang dikasihi Tuhanmu…”(QS. Huud:118-119)


Pecah?? knp?
Pertama, sukar untuk mengatakan sesuatu pecah kalau kenyataan sebenarnya mereka tak pernah benar-benar menyatu; satu niat, satu tujuan, satu langkah satu komando dan satu sumber komando

Kedua, kalau memang mereka pernah bersatu, apakah benar-benar dengan syarat-syarat diatas? Apa artinya persatuan tanpa persaudaraan dan apa artinya jamaah tanpa ketaatan?

Ketiga, apakah kesatuan, persatuan, bahkan wujud keberadaan meraka benar-benar memberi manfaat seindah janji, slogan dan seremoni yang selalu memberi harapan dan memupuskan kekekcewaan, setidaknya untuk beberapa saat

Maukah mereka yang telah mengklaim diri berukhuwah untuk menjaga batas tertendah dan tertingginya?

Minimal bila sesuatu menimpa ukhuwah, ia tidak boleh merosot melampaui batas salamatus shard (kesucian hati) terhadap saudaranya dan batas tertingginya al-itsar (memprioritaskan saudara melebihi diri sendiri)

Mereka yang menaruh harapan kepada kinerja suatu instansi ummat, silahkan menjawab, dapatkan unsur-unsur utama da’wah dipenuhi yaitu harakah mustamirrah (gerak yang kontinu), ghayah shahihah (tujuan yang benar), manahij wadlihah, qiadah muhklishah dan junud muthi’ah (pimpinan yang ikhlas dan kader yang taat, QS.Yusuf:108)?

Bila suatu gerakan atau jama’ah tak mampu memenuhi tuntutan tersebut,maka semua tonggak harapan itu sebaiknya dibongkar saja, karena itu hanya akan berbuah sesal dan kecewa

Dari penumbuhan aqidah yang benar lahirlah perilaku yang benar, persaudaraan yg benar dan pengorbanan yang benar..
Apa yang membuat masyarakat Anshar rela menajdikan bumi mereka bumi Islam dan bertekad melindungi Rasulullah SAW seperti mereka melindungi anak-anak dan isteri mereka. Padahal mereka belum pernah melihat wajahnya, kecuali sedikit Anshar yang menerima Islam di Mina beberapa musim haji menjelang hijrah.
Baghyi(permusuhan dan kedengkian) mendominasi sebab-sebab utama perpecahan. Ia dapat bernama dengki, hasad, iri, su’uzhan

Bila saling menghina, buruk sangka, gampang percaya kepada provokasi, tajassus (praktek memata-matai sesama saudara) dan ghibah, menajdi sebab langsung rusaknya sesama saudara, maka pelanggaran janji kepada Allah, pelanggaran komitmen dan perusakan loyalitas menjadi sebab hancurnya persatuan, maraknya permusuhan dan kebencian dan meluasnya pengkhianatan (Al-Ma’idah:13-14)

Pertarungan Paling Beradab

Barangsiapa yang mampu mampu membayangkan betapa sulitnya proses pengambilan keputusan dalam kasus-kasus fitnah yang melanda mulai era khalifah ke-3, akan sangat takjub betapa bijaknya para sahabat dalam menyelesaikan persoalan diantara mereka.

Betapa dangkalnya hujjah mereka yang hobi bertikai, berdalih “para sahabatpun saling bertikai”

Meraka lupa, Imam ALi bin Abi Thalib yang begitu disibukkan oleh kaum Khawarij masih memberikan mereka hak-hak. “Kalian berhak tiga hal atas kami: 1.kami tidak emnutup pintu-pintu masjid kami, 2. Kalian berhak atas ghanimah, selama loyalitas kalian asih kepada kami, 3. kami takkan mengayunkan pedang kepada kalian selama kalian tidak mengayunkan kepada kami
Ketika Ammar bi Yasir ra. yang mendukung khalifah ke III amirul mukminin Ali bin Abi Thalib mendengar seseorang mencaci maki Ummu’l mukminin Aisyah yang sedang berseberangan dengan beliau dalam perang unta (ma’rakah Jamal),

ia berkata kepada orang itu, “Celaka engkau, bukankah engkau tahu ia adalah kekasih Rasulullah SAW dan ia adalah isterinya didunia dan di akhirat. Tetapi Allah ingin menguji kita dengan dia, agar Ia tahu apakah kita taat kepada-Nya atau kepada Aisyah”

Ketika para provokator memanas-manasi Imam Ali dengan pancingan takfir (pengkafiran terhadap sesama muslim) dalam hubungan dengna Muawiyah ra. beliau menjawab ringan: “mereka adalah ikhwan kami yang berontak kepada kami.” Tak ada jenazah mereka yang dibiarkan tanpa diurus secara Islam, kecuali suatu insiden yang lebih merupakan hasil ijtihad sebelum diketahuinya nash.
===============================================================================

Belajar dari tulisan ini..
meresapi lagi makna selama ini,

apa dasar kesatuan kita?
ketika guncangan sedikit dapat menggonjang-ganjingan kita?

Belajar dari para sahabat betapa agungnya kepahaman mereka..

Ketika timbul perbedaan pendapat, berkaca kepada diri kita pribadi.

Sesungguhnya kitalah yg sedang Allah uji dengan bagaimana penyikapan yg kita lakukan thd perbedaan tersebut. Dengan tetap mempertahankan batas terendah hingga tertinggi dari ukhuwah itu sendiri? Karena darisanalah kita bisa menemukan kenapa persatuan kita bina selama ini.. Ya.. hanya karena-Nya

seperti perkataan Ali bin Abi Thalib ketika dalam kondisi ‘seteru’ dengan Aisyah..
agar Ia tahu apakah kita taat kepada-Nya atau kepada Aisyah

Ya,
agar Ia tahu apakah kita taat kepada-Nya atau kepadanya?

5 Comments (+add yours?)

  1. reZa pH
    Mar 30, 2009 @ 03:31:32

    assalamu’laykum wr wb

    umm, syukron, teh…
    tulisannya bagus-bagus.

    dan tulisan ini menggerakkan saya untuk ngasih komen ^^

    yang pertama itu persatuan, yang berserakan dikumpulkan: sebenarnya tak pernah benar-benar menyatu.
    yang kedua itu kesatuan, benar-benar satu tidak bisa dipecahkan.
    kesatuan lebih kuat dari persatuan, makanya ada negara KESATUAN republik INDONESIA.

    Allahu’alam *teriring Doa Rabithah untuk kita semua*

    Reply

    • aisyahkecil
      Mar 30, 2009 @ 07:04:17

      @PH
      Hm.. Tentang diksi judul ya..
      Kesatuan dan persatuan?
      sepertinya memang tidak bisa lepas begitu saja satu sama lainnya..

      jadi inget Sila ke3 RI, “Persatuan Indonesia”
      PERSATUAN indonesia untuk mewujudkan negara KESATUAN Republik Indonesia
      ->Imbuhan Per- menyatakan proses/tindakan untuk

      Oh iya, tulisan ini judul aslinya “Pecah” tetapi karena Pecah konotasi yang ditimbulkan bisa negatif
      Jadi ana re-post dengan judul yang lebih positif, 😀
      maksudnya mah gitu..

      Nuhun ya komennya,
      Terus semangat ut menulis,
      Btw, blog anak AR rata2 theme-nya yg warna hitam itu ya..
      ada apakah dg theme itu?

      Reply

  2. reZa pH
    Mar 31, 2009 @ 11:01:43

    kalo ‘Persatuan Indonesia’ itu biar match ama ‘Bhineka Tunggal Ika’ (sotoy)

    umm, yang saya tahu, saya yang duluan lho… hehe (ga mau kalah)

    Reply

  3. saannisa
    Apr 01, 2009 @ 08:36:55

    Mau ikut menanggapi ah tentang persatuan Indonesia…

    Kalau kata Soekarno:
    “Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi “semua buat semua.”

    Negara itu tentu didiami oleh bangsa. Syarat bangsa adalah “kehendak untuk bersatu”. Yang dibutuhkan adalah persatuan antara orang dengan tempat, antara manusia dengan tempatnya. Tempat itu tidak lain dari tanah air. Tanah air itu adalah suatu kesatuan.

    Persatuan itu hanya tercapai dalam suasana kemerdekaan. Demikian persatuan itu tidak ada artinya bila tidak ada kesetaraan. Orang bisa “bersatu” dalam sebuah bis kota, tetapi persatuan itu akan menyakitkan bila tidak ada kesetaraan, bila ada penumpang yang satu menginjak kaki penumpang yang lain.

    Btw, iya baru nyadar, kenapa blog anak AR banyak yang berwarna hitam ya? Sampai blog gARis juga warnanya hitam? (peace)
    Ga ikut-ikutan lho…

    Reply

    • aisyahkecil
      Apr 01, 2009 @ 19:50:36

      @nisa..
      Sip..sip..
      Muncul satu kosakata baru “satu”
      setelah persatuan, kesatuan.. sekarang ada bersatu..

      Sip.. Makanya ketika OSKM/INKM ketika ditanya
      “berapa kalian?”
      jawabnya “satu”

      Mari satukan langkah..
      Buat Indonesia tersenyum 🙂

      PS: Blog anak AR tnp sadar kompak warna hitam krn adanya persatuan, yang tidak tampak secara nyata
      tetapi dapat dirasakan oleh hati kali ya Nis.. 🙂

      Reply

Leave a reply to aisyahkecil Cancel reply