Besar kecilnya sebuah masalah sebenarnya tergantung dari besar kecilnya kapasitas diri kita. beban yang berat akan terasa kecil, jika kita memiliki ‘pundak’ yang kuat. Dengan janji Allah bahwa Ia tidak akan memberikan beban melebihi kemampuan kita, maka sudah seharusnya tiap beban bisa kita atasi. Sedangkan beban yang terasa berat sebenarnya bukan karena Allah memberikan beban yang tidak sanggup kita pikul, melainkan karena kita kurang menguatkan diri kita.
Demikian juga dengan masalah ini, yang disebut virus asmara antar ADK atau juga sering disebut VMJ. Virus ini bukan cuman ada akhir2 ini saja, namun juga sejak dulu virus ini sudah ada. Hanya saja ada perbedaan fenomena dan perbedaan penyikapan. Di jaman dulu, mungkin masalah ini tidak terlalu menjadi masalah karena dianggap msalah yang sangat kecil, bukan karena msalahnya yang kecil, tp karena ‘pundak’ yang terlalu kuat.
Mungkin sudah banyak buku2, artikel, dan referensi lainnya yang membahas masalah ini. namun entah kenapa masalah seperti ini masih menjamur, bahkan semakin menjamur. Bukan karena kekurangan obat, namun karena si pesakitan enggan meminum obat, mungkin karena ia tidak tahu bahwa ia sedang sakit, atau mungkin karena ia menikmati sakitnya itu.
Namun belakangan,masalah ini sudah “melebihi ambang batas toleransi”. Oleh karena itulah, perlu adanya upaya nyata untuk mengatasi masalah ini, dengan adanya tulisan ini.
Definisi
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah memberikan ada 60 definisi untuk cinta. Dan apabila aku bertanya kepada 10 orang tentang definisi cinta, pasti akupun akan menemukan 10 definisi yang berbeda. Kata seorang penyair, semakin kita mendefinisikan cinta, maka kita akan semakin tidak menemukannya, karena definisi cinta adalah cinta itu sendiri. Jika pendefinisian adalah cara untuk menerangkan kepada orang lain tentang suatu hal, lalu apa gunanya aku mendefinisikan kata cinta, karena pastilah setiap orang sudah tau dan pernah merasakannya.
Pada Tahun 2000, Professor Semin Zeki dan Andrew Bertela di universitas College London, melakukan eksperimen dengan menscan otak dari 11 orang wanita dan 6 orang sukarelawan yang semuanya mengaku sebagai seorang yang sedang ‘jatuh cinta setengah mati’ dan telah jatuh cinta selama 6-12 bulan. Mereka diperlihatkan foto kekasih mereka. Para ilmuwan menemukan bahwa dengan diperlihatkan foto kekasihnya dapat mengaktifkan 4 area khusus dalam otak. Dua area terletak di cerebral cortex, bagian otak lebih ke depan. Area itu adalah medial insula, yang diduga sebagai area yang bertanggung-jawab terhadap perasaan berani; dan bagian interior ( cingulate ) yang dikenal sebagai area yang bereaksi terhadap obat-obat yang memabukkan. Dua bagian lainnya terletak agak ke dalam dan bagian otak yang lebih primitive basal ( ganglin ) yang memainkan fungsi sebagai fungsi kecanduan. Dengan demikian, secara ilmiah, definisi cinta berhubungan dengan sifat ‘berani’, ‘mabuk’ dan ‘kecanduan’.
Namun karena tipisnya perbedaan antara cinta dan syahwat, seringkali manusia terjebak di dalamnya. Cinta itu anugerah Allah, sedangkan syahwat adalah datangnya dari syetan. Cinta hanya ada diatas pernikahan, sedangkan di luar pernikahan itu syahwat, kecuali hanya sekedar suka tanpa terobsesi ( ust Ari Yanuar ). Untuk membedakan antara cinta dan syahwat, Allah berfirman,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” ( QS Ali Imran 14 ).
Pada Surat Al Baqarah : 65.. “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman mereka sangat cintanya kepada Allah..”.
Singkatnya, cinta adalah mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah, sedangkan syahwat adalah cinta yang berujung fitnah ( Ibnu katsir, fitnah = sesuatu yang membuat kita jauh dari Allah SWT ).
Lalu bagaimana supaya cinta kita tidak berujung pada fitnah ? seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa kecenderungan antara ikhwan dan akhowat itu adalah fitrah dan sah-sah saja bahkan tidak perlu dihilangkan. Tentu saja dengan syarat cinta itu tidak berujung pada: 1) tidak merusak amal kita, yaitu menghilangkan keikhlasan kita dalam beramal ( syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan ihsan ); dan 2) tidak mendorong kita untuk bermaksiat ( berkhalwat, zina dll ). Sebagaimana cintanya antara Ali ra dan Fatimah, sebagaimana cintanya Salman Al Farisi kepada seorang wanita anshar, dan kisah cinta suci yang lainnya.
Bahaya virus 3A
Abu Muslim Al-Khaulani berkata, “ wahai seluruh penduduk khaulan, nikahkanlah pemuda-pemudi kalian dan budak-budak kalian, karena birahi yang berkobar itu adalah masalah yang gawat. Maka buatlah persiapan untuk urusan itu…”. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa cinta erat hubungannya dengan keberanian, mabuk kepayang dan kecanduan, jika ketiga hal itu tidak bisa dibendung, maka akan sangat berbahaya. Adapun dampak yang diakibatkan oleh virus 3A ini adalah,
Bagi pribadi:
- Merusak amal, syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan ihsan
- Berujung zina. Dari mulai zina dalam bentuk berkhalwat sampai zina dalam bentuk persetubuhan. ( naudzubillah )
- Merana, apabila cintanya tidak kunjung berujung pada pernikahan, atau bahkan patah hati
Bagi jama’ah dakwah :
- Hilangnya keberkahan dakwah, bisa juga berujung pada kekalahan hanya karena satu dua orang anggota jama’ah dakwah yang tidak ikhlas. Sebagai contoh tergodanya pasukan pemanah pada perang uhud pada duniawi sehingga Allah memberikan kekalahan.
- Rusaknya image jama’ah. Hal ini akan berakibat pada lunturnya kepercayaan mad’u pada jama’ah. Dan akan berujung pada menurunnya vertilitas dakwah.
- Merusak militansi. Mereka yang terkena virus ini hanya semangatnya sangat dipengaruhi oleh orang yang dicintainya. Bersemangat jika ada dia, begitu juga sebaliknya.
- Mengotori ikhwah yang lain. Lunturnya iman sama dengan lunturnya warna baju dalam cucian. Keindahan warnanya jika luntur akan berubah menjadi keburukan bagi yang lainnya. Demikian pula dengan virus ini, penyakit ini bisa menular terutama kepada junior-junior aktivis dakwah.
Solusi
1. Kuatkan kembali aqidah
Takut kehilangan orang yang dicintai oleh hati, takut tidak dapat jodoh, tergoda mencintai sesuatu selain Allah, dan hal lainnya sebagai gejala virus 3A ini sebenarnya adalah masalah aqidah.
Dengan mudah mereka mengatakan, “ aku sangat mencintainya, aku tidak mau kehilangan dia “. Sesungguhnya mereka tidak meyakini bahwa Allah lah pemilik hati, Sang pembolak-balik, termasuk Sang pemberi cinta dalam hati.
Dengan mudah mereka mengatakan, “ aku takut tidak mendapatkan jodoh yang aku cintai, aku harus segera mencarinya dengan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan “, bahwasannya mereka tidak yakin bahwa umur, rejeki, ilmu dan jodoh itu ada di tangan Allah.
Maka solusi mendasar dari masalah ini adalah dengan membenahi aqidah, yaitu dengan memperbaiki proses tarbiyah, mengembalikan alur pembinaan kepada manhaj yang lurus tidak tergesa-gesa dan tentunya didukung oleh para murobby yang memiliki kapasitas sebagai da’I yang menyampaikan dengan hikmah, maudhatil hasanah, wa jadilhum bil lisan.
2. Solusi praktis
Setidaknya sudah ada 3 solusi yang telah diajarkan Rasulullah SAW,
a.Nikahkan
“Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.” (HR Muttafaq Alaihi ).
Dari Abu Hurairah ra , Rasulullah SAW bersabda : “ Ada tiga orang yang wajib bagi Allah menolongnya : orang yang berjihad di jalan Allah, budak ‘Mukatib’ yang ingin membayar pembebasannya, dan seorang yang ingin menikah untuk menjaga dirinya “ (HR Tirmidzi)
b. Jauhkan
Telah jelas pada hadits di atas jika apabila tidak mampu menikah maka berpuasa, karena ia bisa mengendalikan diri kita. Cukup jelas bahwa maksud dari berpuasa bukanlah hanya sekedar menaham makan dan minum tapi juga menahan diri kita untuk mendekati fitnah dan berbuat maksiat. Oleh karena itu selain puasa, supaya tidak terjadi fitnah, maka suspect perlu dipisahkan dari orang yang dicintainya. Dengan demikian akan terjaga hati dan sikapnya. Dijauhkan disini bukan berarti dilarang untuk jatuh cinta, bahkan boleh saja jika cinta itu terus dipupuk dengan berdoa kepada Allah agar berakhir bahagia. Sekali lagi, yang menjadi haram adalah ketika cinta itu berujung pada 2 hal yang telah dijelaskan di atas.
c. Nikahkan salahsatu dengan yang lain
Patahkan hatinya, ini akan menguji apakah cinta dia karena Allah atau karena syahwat. Untuk menghindari gossip juga.
Komen Terakhir