Kita

Lisan kadang jadi tumpul
Ketika rasa lewati logika

Sapa yang tak bisa terucap
Kuharap berpijar tembus langit malam
Berputar berupa kumpulan pinta
Hingga mampu menyapa halus dengan sederet salam

Kita tetap akan saling bicara
tanpa melempar kata
tanpa mendengar suara
tanpa perlu bersua

bukankah itulah kita?

yang selalu berjumpa
dalam ba’it-ba’it do’a..

 

*berlari bersama masa enam-sembilan*

Penonton

Sekeras apapun ia berteriak dan berkomentar,
Takkan membantu agar “Goal” itu melesak ke dalam gawang..

Berpeluh bagaimanapun ia,
Takkan mampu mengoper bola dan mengecoh kiper lawan..

Berkerut seperti apa merancang strategi
Takkan membantu upaya kemenangan

Mengapa?

Karena ia hanya seorang penonton
yang hanya berani menyisir dari luar lapangan..

Maka,
jadilah seorang pemain,
agar tahu beratnya perjuangan
sehingga mampu berkomentar dengan benar

“Tidaklah sama orang-orang beriman yang duduk (tidak pergi jihad) tanpa memiliki udzur (alasan yang benar), dibanding orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya. Allah mengutamakan satu derajat bagi orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya di atas orang-orang yang duduk saja. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-oang yang duduk dengan pahala yang besar.”

(QS. An Nisa: 95)

Diam

Sejak dahulu,

kita sudah tahu

 

konsekuensi memilih di jalan ini,

ber’prestasi’ tanpa berharap apresiasi

tak disukai? bukankah sudah ‘makan’an sehari-hari?

 

Sudahlah,

tak perlu banyak kata

Kita buktikan saja dengan karya

Mari BEKERJA UNTUK INDONESIA..

 

*Kita menang bukan karena kita berkuasa tapi karena kebenaran menjadi nyata.. (M.AM)

Mereka yang “Tidak Boleh Melakukan Kekeliruan (apalagi kesalahan)”

Alkisah di sebuah negeri, dalam sebuah acara, seorang kepala negara memberikan pidatonya. Seperti pidato kenegaraan lainnya, beliau menyelipkan pesan-pesan kepada audiens  yang notabene abdi rakyat. Pada intinya mengajak agar mereka lebih bersemangat lagi menunaikan tugas-tugasnya. Entah selipan banyolan atau memang ternyata curcol (curhat colongan), keluarlah kata-kata bahwa sudah 6 tahun sang kepala negara tak naik gaji. Dan respon yang terjadi sangat luar biasa. Lupa akan pesan dari sang kepala negara secara meyeluruh, yang dingat dan membuat panas kuping rakyat (yang mendengar setengah-setengah) yaitu “kepala negara kita minta naik gaji”. Hingga muncullah gerakan yang sangat responsif berupa ‘pengumpulan koin’ bagi Sang Kepala Negara yang entahlah harus ditanggapi seperti apa.

Tersebutlah juga kisah tentang mantan pimpinan tertinggi sebuah partai da’wah, yang disorot oleh banyak mata ketika ‘bersentuhan tangan” dengan ibu negara salah satu negara adikuasa dunia. Semua berbicara, menanggapi, pro kontra terjadi. Padahal, kejadian ‘bersalaman’ tentu amat biasa terjadi di lingkungan kita. Tetapi (lagi-lagi) karena yang melakukannya bukan orang biasa, maka akan menjadi bulan-bulanan media dan massa.

Itulah mengapa dalam judul telah saya sampaikan bahwa ‘mereka’tak boleh melakukan kesalahan. Bukan karena saya menafikkan bahwa manusia tidak boleh melakukan kesalahan. Tidak mungkin seorang manusia tidak melakukan kesalahan, hanya Rasulullah saja yang ma’sum dari segala dosa dan kesalahan. Karena bilapun beliau melakukan kesalahan, maka Allah akan langsung memperbaiki kekeliruan beliau seperti yang termaktub dalam dalam surat Abasa. Mereka tak boleh lakukan kesalahan karena ketika ‘mereka’ menjadi subjeknya  dan melakukan hal-hal (baca: kesalahan) kecil bisa menjadi besar dan hal-hal (baca:prestasi) besar bisa menjadi kecil atau biasa-biasa saja. Ah saya lebih nyaman menyebut beliau-beliau sebagai orang terkenal, sehingga mereka bisa siapa saja.. Entah itu kepala negara, ulama, politisi, bahkan selebritis.

Dan, yang lebih gaswatnya dari orang-orang terkenal ini adalah efek domino atau pengaruh dari apa yang mereka lakukan itu diikuti oleh orang-orang lain terutama yang menganggapnya sebagai idola (jadi fans berat atau sejenisnya). Ingatkan ketika David Beckham sedang naik-naik daunnya? Padahal ia jagonya main bola, tetapi sampai model potongan rambutnya pun diikuti para fansnya. Sama halnya dengan iklan-iklan di media massa, kenapa coba yang menjadi iklannya adalah para selebritis yang terkenal? kenapa nggak orang-orang biasa saja yang baru pertama kali masuk televisi. Coba lihat salah satu produk sabun cair, yang membintanginya adalah selebritis perempuan yang sudah terkenal setanah air. Tujuannya apa? agar para konsumen memiliki persepsi  bahwa para selebritis tersebut memiliki kulit yang halus karena menggunakan produk tersebut. Atau misalnya iklan krim pemutih wajah yang membuat “wajahmu mengalihkan duniaku”, para konsumen dengan model yang ditampilkan didalam iklan berharap agar ketika mereka menggunakannya maka akan tampil secantik dan seputih selebritis yang menjadi bintang iklannya. Konsumen tidak peduli bahwa mereka (para selebritis tersebut) memang sudah cantik dan putih dari sononya. Tidak peduli juga kalau untuk menjadi seperti sekarang setelah mereka menghabiskan puluhan juta untuk pergi ke salon atau kontrol ke klinik kecantikan.

Masih tentang orang terkenal dan daya pengaruhnya, pasti masih ingat da’i kondang yang pengajiannya tak pernah sepi dari jama’ah yang utamanya ibu-ibu. Hidup harmonis dan serasi dengan istrinya lalu memutuskan untuk berpoligami? Apa dampaknya kala itu? Ibu-ibu memutuskan untuk ‘libur’ dulu datang ke pengajian da’i tersebut karena khawatir suaminya ‘tertular dan mengikuti jejak ustadz tersebut.  Khawatir para suaminya mengambil contoh makanya ibu-ibu “satu suara” untuk pengajian di tempat lain dulu. Padahal, memang segitu berpengaruhnya ya?

Dan belum juga sepekan, baru saja vonis pengadilan dari majelis hakim yang terhormat terkait skandal video mesum seorang vokalis band ternama negeri ini. Ah, saya tak ingin terlibat dalam diskusi yang tak berujung terkait kebebasan.  Toh saya juga punya kebebasan dong untuk bilang kalau buat saya:
1. Berz*n*nya itu fatal
2. Berz*n* dengan istri orang lebih fatal lagi
3. Sebagai orang terkenal yang tindak tanduknya dilihat dan dicontoh itu fatal

Sehingga, keputusan 3 tahun 6 bulan itu buat saya jauh dari memuaskan. Toh tuntutan dari jaksa penuntut umum saja minimal 5 tahun. (Saya nggak sampai bilang harusnya dirajam loh -ups, saya sebutin juga akhirnya :D). Maaf, tapi bagi saya itu menunjukkan lemahnya supremasi hukum kita dan terkesan hanya cari aman dari para penegak hukum. Karena hukuman seperti itu tak memberikan efek jera bagi para pelaku dan masyarakat. Pelakunya ini orang terkenal, punya fans (baca:pengikut), punya pengaruh. Sekitar dua bulan lalu saya sempat membaca berita tentang adanya beberapa laporan tentang kasus p*m*rk*s**n oleh anak-anak dibawah umur. Setelah ditanya oleh penyelidik ternyata  karena terpengaruh setelah menonton video mesum artis ini. Dan FATALNYA, hingga saat ini, yang bersangkutan masih belum mengakui kalau pemeran utama dalam video tersebut adalah dirinya.
Fiuh, fiuh..
Lupa ya, kalau sudah terkenal maka setiap gerak gerik akan menjadi sorotan? Belum lagi ini adalah kasus pertama yang menarik perhatian publik untuk bisa membuktikan seberapa kuat supremasi hukum di negara kita terkait pelaksanan undang-undang pornografi.

Ompongnya huk*m kita didepan orang-orang yang memiliki pengaruh dan gelimangan harta. Lihat saja, masih hangat diotak kita tentang fasilitas sel mewah yang dimiliki ay*n, kita geram, tetapi lalu.. heboh lagi dengan pembebasan bersyaratnya yang akhirnya disetujui. Uf.. mau dibawa kemana?? Tentang joki tahanan (emang joki cuman ada di three in one atau di ujian-ujian). Apalagi tentang Gayus, yang ah.. sudahlah.. lagi-lagi seolah dagelan dalam dunia huk*m kita. Kalau gayus (yang ‘ikan teri’-katanya sendiri) bisa keluar masuk seenaknya, apalagi yang hiu dan pausnya. Jangan-jangan bagi mereka hukuman penjara adalah saatnya liburan dan rekreasi dari rutinitas harian.
Makanya, siapa yang jera kalau begitu caranya?

Kembali lagi ke orang terkenal yang tak boleh melakukan kesalahan, tak perlu jauh-jauh kita melihat ke layar televisi atau media-media massa untuk mencari mereka yang terkenal dan di jadikan panutan. Lihatlah kanan dan kiri kita, sosok-sosok ‘terkenal’ itu ada. Ambil saja lingkup kampus misalnya. Ada orang-orang terkenal yang menjabat, ketua organisasi *pip*pip*, ketua acara %$#@#$@@, atau petinggi *fiuh*glek*Prok*(naon iyeu teh..).Nah adik-adik dan teman-teman, itu juga kudu hati-hati. Lingkungan  kecil itupun akan membentuk mereka sebagai “orang terkenal yang tidak boleh melakukan kesalahan.

Kalau orang lain yang masang status “Galau” barangkali biasa. Apalagi ABeGe-ABeGe yang masang status “K4n93n K4mYuhh.. fR0m YoUr LoV3lY BeibHHH” Ah, biasa kali untuk mereka. Tapi untuk kalian?

Apalagi misalnya, misalnya nih ya.. Dua sosok yang jadi panutan tiba-tiba ‘kepergok’ di restoran siap saji made in USA berdua aja tanpa ada status ‘halal’ yang melekat. Tentu saja akan menjadi sangat berbahaya. Apalagi kemudian diikuti dan dijadikan pembenaran. Cukuplah kita belajar dari Umar bin Luhay. Seorang alim yang terkenal di jamannya dan dijadikan panutan. Kesilauannya akan sesembahan yang dilihatnya di Persia membuatnya menjadi ‘sang perantara’ nomor satu atas munculnya berhala yang memenuhi tanah suci bapak Para Anbiya.

Ya, begitulah.. mereka yang tak boleh melakukan kesalahan..

..Manusia memang tempatnya salah dan lupa, tetapi kita diberi akal dan perasaan untuk mampu mengalahkan keterbatasan yang kita miliki. Dan hanya Allah-lah yang Mahamengetahui betapa banyak aib dan cela ini pun Allah Mahabaik yang masih menutupinya hingga kini..

Kata

Dengar saja, kata sedang meronta-ronta
berharap lepas dari keterikatan rima
tak peduli bila kalimat pada akhirnya hampa
coba mengerti, agar kata dapatkan gembira

Bagiku tak masalah
ketika kata memilih jalan emansipasinya,
asal saja tak jadi menghilangkan makna
Karena memberi makna adalah fitrah bagi kata

*22 desember 2010

Reflek-si

Bukan..

seberapa banyaknya amanah yang kita miliki

Tetapi..

seberapa banyak beban da’wah yang bisa kita kurangi

 

(dengan menjadi bagian orang-orang yang me-mikir-kan da’wah, bukan di-pikir-in da’wah..)

Ihsan

Saat tiba di suatu masa, dimana tak ragu tuk lakukan kesalahan..
Saat ada deret waktu, dimana rasa malu tak lagi bisa ditemukan..
Jika kita tiba dalam dimensi, dimana rasa takut akan kematian meninggalkan
..
Lalu, dimanakah ihsan?

“Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?”. Rasulullah SAW bersabda: “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu” (HR.Muslim dari Abu Hurairah ra.)

Melakukan yang Disampaikan

Di hari libur yang cerah,
disela bingar hiburan usia muda

….. Surat As-Shaff ayat 2 sampai 3 bukan melarang kita untuk BERBICARA dan MENYAMPAIKAN, tetapi agar kita MELAKUKAN apa yang kita bicarakan dan kita sampaikan …..

“Sampaikanlah kebaikan walaupun belum kau lakukan dan berantas kemunkaran walaupun belum kau jauhi” (HR.Tirmidzi)

Asmara Antar Aktivis(2)

Pencegahan

Dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar ketika :
(1) dianggap enteng
(2) dilakukan berulang-ulang tanpa rasa bersalah
(3) dilakukan sering sehingga menggunung.
(4) diwariskan sebagai sunnah sayyi’ah (kebiasaan buruk yang diteladani orang lain).

Mungkin bagi kita masalah 3A ini tidak begitu penting, bila dibandingkan dengan masalah lain seperti pembinaan, rekrutmen, syiar, pemenangan pemilu dsb. Namun terkadang orang jatuh bukan karena batu besar, namun karena kerikil kecil. Masalah kecil inilah yang kemudian bisa merobohkan bangunan dakwah ini yang sudah sekian tahun kita bina. Oleh karena itu, tampaknya kita harus mulai menanggapi isu ini secara serius. Adapun beberapa langkah preventif hasil diskusi saya dengan beberapa orang

1. Perkuat aqidah

Yaitu dengan cara mengembalikan proses tarbiyah kepada manhaj, yaitu menguatkan pemahaman aqidah, syariah dan akhlak pada tahap awal sebelum masuk kepada pemahaman tentang dakwah dan siyasah. Bukan malah memporakporandakan manhaj seenaknya dengan alasan kebutuhan lapangan, Karena perlu diingat bahwa pembinaan yang dilakukan bukan hanya untuk kebutuhan kampus saja, namun juga untuk kebutuhan jangka panjang dakwah mereka.

2. Hindari menempatkan ikhwan-akhwat dalam satu amanah yang sama dalam waktu yang relatif lama.

“ witing tresno jalaran soko kulino “, cinta itu muncul karena seringnya berinteraksi. Peribahasa jawa kuno ini tampaknya sangat relevan dengan kondisi saat ini. Buktinya dari sekian banyak kasus 3A saat ini, 80% adalah mereka yang satu amanah dalam waktu yang lama. Untuk menghindari ini, salahsatu contohnya, majelis ta’lim salman ITB, membuat kebijakan untuk meniadakan korwat pada setiap divisi dan kepanitiaan, untuk menghindari fitnah.

3. Hindari berkhalwat “gaya baru”

Sudah sangat jelas bahwa berkhalwat adalah sebuah perilaku yang dilarang oleh Allah SWT. Semua ADK sudah tau dan faham akan hal itu. Namun pemahaman yang dangkal terkait “khalwat” sering menjebak para ADK. Secara sederhana, khalwat didefinisikan ada 2, pertama berdua-duan dengan lawan jenis di tempat sepi, ini sudah cukup jelas. Kedua, berkomunikasi berdua tanpa ada orang ketiga yang tau, walaupun di tempat ramai. Definisi kedua inilah yang sering tidak disadari oleh ADK. Mereka tidak sadar bahwa SMSan, chatingan, FBan dll yang tidak diketahui oleh orang ketiga berpotensi berkhalwat. Inilah yang disebut berkhalwat gaya baru. Dan semua kasus 3A yang pernah saya temui, berawal dan berlanjut melalui sarana tersebut.

4. Sebaiknya ikhwan mempelajari psikologi akhawat dan sebaliknya

“ jika anda ingin menangkap singa, maka berfikirlah seperti singa “, ini adalah prinsip para pemburu. Sama halnya ketika kita ingin menangkap ( maaf ) wanita, maka pelajarilah cara berfikir mereka. Sebaliknya, jika anda tidak ingin “menangkap dan tertangkap” wanita, maka berfikirlah seperti mereka. Terutama untuk akhwat, jangan pernah cepat merasa GR. Kalaupun merasa mendapatkan perhatian yang agak lebih, tanamkan dalam hati bahwa hal/perhatian dari ikhwan tersebut juga dilakukan oleh ikhwan tersebut ke semua orang termasuk akhwat-akhwat lain.

5. Jaga pandangan

”Katakanlah kepada orang-orang mukmim untuk menjaga pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…” ( QS An Nuur 30 )

kenapa Allah kemudian Rasul-Nya mengingatkan manusia untuk senantiasa menjaga pandangan mereka? Allan dan Barbara dalam bukunya, why men don’t listen and women can’t read maps, pada sebuah penelitian mengatakan bahwa laki-laki tergoda melalui matanya dan wanita tergoda melalui pendengarannya. Dalam sebuah ungkapan juga disebutkan bahwa “ pada mata laki-laki ada serigala, dan pada mata perempuan ada sihir yang mampu merubah laki-laki menjadi serigala “. demikianlah dasyatnya pandangan mata baik dilihat dari sudut pandang Agama, ilmiah, sosiologi, maupun psikologi.

“Dia mengetahui pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan di dalam hati.” (QS Gafir 19)

6. Perkokoh ukhuwah

Mungkin ada banyak hal terkait kondisi internal masing-masing individu yang bisa menimbulkan virus tersebut. Tetapi juga, faktor lingkungan bisa menjadi faktor lain yang bisa sangat berpengaruh kepada tiap-tiap individu. Sehingga, kekuatan ukhuwah antar ADK bisa menjadi jalan perbaikan kondisi ada saat ini.

a. Sesama jender

Jadilah lebih dari sekadar sahabat bagi ADK lainnya, jadilah betul-betul saudara bagi ADK lainnya. Jadilah menjadi yang pertama bisa menjadi tumpuan bagi saudara kita agar tidak perlu mencari ‘tumpuan’ lainnya yang tidak seharusnya. Karena bisa jadi saudara kita terjebak dengan virus tersebut karena lalainya kita sebagai seorang saudara untuk memberikan hak-hak saudara kita. Lantas bagaimanakah pemaknaan kita terhadap hadits Rasulullah SAW,

“Dari nu’man ibnu Basyir berkata: Rasululllah bersabda: Perumpamaan orang-orang mu’min di dalam cinta mencintai, kasih mengasihi, dan berlemah lembut ibarat satu tubuh bila sebagian anggota badan menderita sakit, niscaya dirasakan oleh seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur atau demam” (HR.Bukhari dan Muslim)

Ketika kedekatan sudah sedemikian erat, maka nasihat ataupun bentuk teguran dari sesama sauadara biasanya menjadi lebih mudah bisa diterima. Sehingga, jika sudah mulai ada yang terasa melenceng akan mudah untuk diluruskan kembali sebelum dampak yang lebih fatal terjadi. Dan juga kesalahan yang pernah dilakukan dijadikan pembelajaran penting untuk tidak dilakukan kembali di masa yang akan datang.

“Dari Abu Hurairah r.a dari nabi SAW bersabda: Tidaklah seorang mukmin akan dijerumuskan ke dalam satu lubang dua kali.”(HR. muslim)

b. Lintas jender

Ketika ukhuwah diantara kita sudah sedemikian erat, maka kita tidak akan rela ‘mengganggu’ saudara kita sendiri. Apakah mungkin kita rela untuk mengganggu keikhlasan saudara kita hanya karena diri kita yang fana’ ini? Apakah kita rela menghambat pembelajaran bagi saudara kita yang terpaksa ‘dipindahtugaskan’ karena ketidakmampuan kita mengelola hati?

Lebih utama untuk bersikap tegas dan seperlunya dibandingkan berupaya ‘ramah’ namun disalahartikan

7. Baca dan gali ilmu dari sumber terpercaya

Mari kita pelajari bagaimana sikap yang seharusnya seperti yang telah Allah firmankan di dalam Al Qur’an, dan juga sesuai dengan bagaimana yang telah Rasulullah sampaikan di dalam haditsnya. Kita coba renungi lagi sifat kehati-hatian dari para shahabat dan shahabiyah terhadap perbuatan dosa.

Sebaiknya kita tidak termakan dengan penjelasan media yang tidak semuanya bisa kita percaya. Tidak sedikit sumber yang  memutarbalikkan  penjelasan yang membuat seolah pacaran sebelum ijab qabul adalah hal yang diperbolehkan dalam Islam. Belum lagi terpaan dari JIL yang  mencampuradukkan beragam pemikiran. Sehingga, pandai-pandailah memilih informasi agar kita tidak terjebak dalam arus informasi yang semakin tidak terkontrol saat ini. Sehingga kita tidak terjebak dengan mencari pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan.

Bandung, April 2010

Asmara Antar Aktivis (1)

Besar kecilnya sebuah masalah sebenarnya tergantung dari besar kecilnya kapasitas diri kita. beban yang berat akan terasa kecil, jika kita memiliki ‘pundak’ yang kuat. Dengan janji Allah bahwa Ia tidak akan memberikan beban melebihi kemampuan kita, maka sudah seharusnya tiap beban bisa kita atasi. Sedangkan beban yang terasa berat sebenarnya bukan karena Allah memberikan beban yang tidak sanggup kita pikul, melainkan karena kita kurang menguatkan diri kita.

Demikian juga dengan masalah ini, yang disebut virus asmara antar ADK atau juga sering disebut VMJ. Virus ini bukan cuman ada akhir2 ini saja, namun juga sejak dulu virus ini sudah ada. Hanya saja ada perbedaan fenomena dan perbedaan penyikapan. Di jaman dulu, mungkin masalah ini tidak terlalu menjadi masalah karena dianggap msalah yang sangat kecil, bukan karena msalahnya yang kecil, tp karena ‘pundak’ yang terlalu kuat.

Mungkin sudah banyak buku2, artikel, dan referensi lainnya yang membahas masalah ini. namun entah kenapa masalah seperti ini masih menjamur, bahkan semakin menjamur. Bukan karena kekurangan obat, namun karena si pesakitan enggan meminum obat, mungkin karena ia tidak tahu bahwa ia sedang sakit, atau mungkin karena ia menikmati sakitnya itu.

Namun belakangan,masalah ini sudah “melebihi ambang batas toleransi”.  Oleh karena itulah,  perlu adanya upaya nyata untuk mengatasi masalah ini, dengan adanya tulisan ini.

Definisi

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah memberikan ada 60 definisi untuk cinta. Dan apabila aku bertanya kepada 10 orang tentang definisi cinta, pasti akupun akan menemukan 10 definisi yang berbeda. Kata seorang penyair, semakin kita mendefinisikan cinta, maka kita akan semakin tidak menemukannya, karena definisi cinta adalah cinta itu sendiri. Jika pendefinisian adalah cara untuk menerangkan kepada orang lain tentang suatu hal, lalu apa gunanya aku mendefinisikan kata cinta, karena pastilah setiap orang sudah tau dan pernah merasakannya.

Pada Tahun 2000, Professor Semin Zeki dan Andrew Bertela di universitas College London, melakukan eksperimen dengan menscan otak dari 11 orang wanita dan 6 orang sukarelawan yang semuanya mengaku sebagai seorang yang sedang ‘jatuh cinta setengah mati’ dan telah jatuh cinta selama 6-12 bulan. Mereka diperlihatkan foto kekasih mereka. Para ilmuwan menemukan bahwa dengan diperlihatkan foto kekasihnya dapat mengaktifkan 4 area khusus dalam otak. Dua area terletak di cerebral cortex, bagian otak lebih ke depan. Area itu adalah medial insula, yang diduga sebagai area yang bertanggung-jawab terhadap perasaan berani; dan bagian interior ( cingulate ) yang dikenal sebagai area yang bereaksi terhadap obat-obat yang memabukkan. Dua bagian lainnya terletak agak ke dalam dan bagian otak yang lebih primitive basal ( ganglin ) yang memainkan fungsi sebagai fungsi kecanduan. Dengan demikian, secara ilmiah, definisi cinta berhubungan dengan sifat ‘berani’, ‘mabuk’ dan ‘kecanduan’.

Namun karena tipisnya perbedaan antara cinta dan syahwat, seringkali manusia terjebak di dalamnya. Cinta itu anugerah Allah, sedangkan syahwat adalah datangnya dari syetan. Cinta hanya ada diatas pernikahan, sedangkan di luar pernikahan itu syahwat, kecuali hanya sekedar suka tanpa terobsesi ( ust Ari Yanuar ).  Untuk membedakan antara cinta dan syahwat, Allah berfirman,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” ( QS Ali Imran 14 ).

Pada Surat Al Baqarah : 65.. “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman mereka sangat cintanya kepada Allah..”.

Singkatnya, cinta adalah mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah, sedangkan syahwat adalah cinta yang berujung fitnah ( Ibnu katsir, fitnah = sesuatu yang membuat kita jauh dari Allah SWT ).

Lalu bagaimana supaya cinta kita tidak berujung pada fitnah ? seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa kecenderungan antara ikhwan dan akhowat itu adalah fitrah dan sah-sah saja bahkan tidak perlu dihilangkan. Tentu saja dengan syarat cinta itu tidak berujung pada: 1) tidak merusak amal kita, yaitu menghilangkan keikhlasan kita dalam beramal ( syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan ihsan ); dan 2) tidak mendorong kita untuk bermaksiat ( berkhalwat, zina dll ). Sebagaimana cintanya antara Ali ra dan Fatimah, sebagaimana cintanya Salman Al Farisi kepada seorang wanita anshar, dan kisah cinta suci yang lainnya.

Bahaya virus 3A

Abu Muslim Al-Khaulani berkata, “ wahai seluruh penduduk khaulan, nikahkanlah pemuda-pemudi kalian dan budak-budak kalian, karena birahi yang berkobar itu adalah masalah yang gawat. Maka buatlah persiapan untuk urusan itu…”. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa cinta erat hubungannya dengan keberanian, mabuk kepayang dan kecanduan, jika ketiga hal itu tidak bisa dibendung, maka akan sangat berbahaya. Adapun dampak yang diakibatkan oleh virus 3A ini adalah,

Bagi pribadi:

  1. Merusak amal, syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan ihsan
  2. Berujung zina.  Dari mulai zina dalam bentuk berkhalwat sampai zina dalam bentuk persetubuhan. ( naudzubillah )
  3. Merana, apabila cintanya tidak kunjung berujung pada pernikahan, atau bahkan patah hati

Bagi jama’ah dakwah :

  1. Hilangnya keberkahan dakwah, bisa juga berujung pada kekalahan hanya karena satu dua orang anggota jama’ah dakwah yang tidak ikhlas. Sebagai contoh tergodanya pasukan pemanah pada perang uhud pada duniawi sehingga Allah memberikan kekalahan.
  2. Rusaknya image jama’ah. Hal ini akan berakibat pada lunturnya kepercayaan mad’u pada jama’ah. Dan akan berujung pada menurunnya vertilitas dakwah.
  3. Merusak militansi. Mereka yang terkena virus ini hanya semangatnya sangat dipengaruhi oleh orang yang dicintainya. Bersemangat jika ada dia, begitu juga sebaliknya.
  4. Mengotori ikhwah yang lain. Lunturnya iman sama dengan lunturnya warna baju dalam cucian. Keindahan warnanya jika luntur akan berubah menjadi keburukan bagi yang lainnya. Demikian pula dengan virus ini, penyakit ini bisa menular terutama kepada junior-junior aktivis dakwah.

Solusi

1. Kuatkan kembali aqidah

Takut kehilangan orang yang dicintai oleh hati, takut tidak dapat jodoh, tergoda mencintai sesuatu selain Allah, dan hal lainnya sebagai gejala virus 3A ini sebenarnya adalah masalah aqidah.

Dengan mudah mereka mengatakan, “ aku sangat mencintainya, aku tidak mau kehilangan dia “. Sesungguhnya mereka tidak meyakini bahwa Allah lah pemilik hati, Sang pembolak-balik, termasuk Sang pemberi cinta dalam hati.

Dengan mudah mereka mengatakan, “ aku takut tidak mendapatkan jodoh yang aku cintai, aku harus segera mencarinya dengan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan “, bahwasannya mereka tidak yakin bahwa umur, rejeki, ilmu dan jodoh itu ada di tangan Allah.

Maka solusi mendasar dari masalah ini adalah dengan membenahi aqidah, yaitu dengan memperbaiki proses tarbiyah, mengembalikan alur pembinaan kepada manhaj yang lurus tidak tergesa-gesa dan tentunya didukung oleh para murobby yang memiliki kapasitas sebagai da’I yang menyampaikan dengan hikmah, maudhatil hasanah, wa jadilhum bil lisan.

2. Solusi praktis

Setidaknya sudah ada 3 solusi yang telah diajarkan Rasulullah SAW,

a.Nikahkan

“Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.”  (HR Muttafaq Alaihi ).

Dari Abu Hurairah ra , Rasulullah SAW bersabda : “ Ada tiga orang yang wajib bagi Allah menolongnya : orang yang berjihad di jalan Allah, budak ‘Mukatib’ yang ingin membayar pembebasannya, dan seorang yang ingin menikah untuk menjaga dirinya “ (HR Tirmidzi)

b. Jauhkan

Telah jelas pada hadits di atas jika apabila tidak mampu menikah maka berpuasa, karena ia bisa mengendalikan diri kita. Cukup jelas bahwa maksud dari berpuasa bukanlah hanya sekedar menaham makan dan minum tapi juga menahan diri kita untuk mendekati fitnah dan berbuat maksiat. Oleh karena itu selain puasa, supaya tidak terjadi fitnah, maka suspect perlu dipisahkan dari orang yang dicintainya. Dengan demikian akan terjaga hati dan sikapnya. Dijauhkan disini bukan berarti dilarang untuk jatuh cinta, bahkan boleh saja jika cinta itu terus dipupuk dengan berdoa kepada Allah agar berakhir bahagia. Sekali lagi, yang menjadi haram adalah ketika cinta itu berujung pada 2 hal yang telah dijelaskan di atas.

c.  Nikahkan salahsatu dengan yang lain

Patahkan hatinya, ini akan menguji apakah cinta dia karena Allah atau karena syahwat. Untuk menghindari gossip juga.

Previous Older Entries