The Journey (1)

10 April 2011,

Tepat satu hari setelah toga saya kenakan.. Teringatkan sebuah janji bahwa langkah selanjutnya adalah bersegera memasuki tahapan amal kedua pembangunan peradaban..

Pagi itu, pesan singkat saya layangkan kepada pembinsaya yang shalihah dan amat saya percaya.

“Teh, bagaimana kalau Agtri mulai memasukkan biodata ke teteh?” kurang lebih seperti itulah redaksi kalimat yang saya kirimkan. Dan taklama diberikan jawaban Ya, agar saya segera mengirimkan biodata.

Bismillah, saya akan memulai proses ini..

Proses yang saya harapkan dapat menjadi jalan terbentuknya sebuah keluarga da’wah yang dapat menjadi inspirasi bagi peradaban..

Sebuah proses yang menjadi impian sejak saya mengenal jalan ini..

Sebuah cara berjumpa dengan pasangan jiwa tanpa harus menimbulkan bibit-bibit kotoran noda pada hati yang sudah penuh noda tanpa perlu ditambahkan noda-noda lagi.

Bukan, bukan berarti saya menafikkan cara lain tak syar’i..

Melalui wasilah orangtua, kerabat, teman, tentu bukan masalah ketika caranya Islami dan tak menimbulkan noda-noda pada hati..

Saya memilih melalui Murabbi karena

1. Saya ingin kami bersatu di jalan da’wah melalui jama’ah.. saya memiliki suami yang selaras berjalan dalam merajut mimpi membangun peradaban ini..

2. Saya sangat mempercayai MRku.. beliau kurang lebih hampir 3 tahun menjadi pembinsaya.. Seseorang yang ‘susah payah’ membentuk diriku agar bisa senantiasa memperbaiki diri dan tegar di jalan ini. Teringat suatu saat beliau berkata, “semua Murabbi pasti mencarikan pasangan terbaik untuk mutarobbinya. Kalian sudah dibentuk susah payah oleh kami para murobbi untuk menjadi shalihah, tidak mungkin kami memberikan kalian pasangan (ikhwan) yang sembarangan..” Ya.. Setelah menjadi Murobbi kata-kata beliau, saya akui 100%.. Pun ketika mutarabbi ingin menikah, sayapun akan mencarikan ikhwan terbaik untuk mereka, bukan asal comot atau ikhwan yang ‘aneh-aneh’ atau bahasa lazimnya yang di blacklist (siapa juga yg nge-blacklist ya?)

3. Orangtua mempercayakan kepada saya anaknya untuk mencari lelaki shalih yang kelak akan menjadi menantu keduanya.. Dan saya tak punya kemampuan untuk itu.. dan saya wakilkan kepada jama’ah untuk memilihkannya melalui murabbiku

4. Dan.. yang menjadi keyakinan saya adalah jodoh itu takkan tertukar.. (lagi-lagi) mau pacaran 7 tahun, 3 tahun, 2 bulan, atau baru kenal melalui biodata saat itu juga.. Tidak akan salah… So.. Saya berupaya memilih cara mana yang paling berkah yang paling dapat meminimalisir noda-noda jiwa sebelum akad itu terucap. Dan Saya memilih jalan ini.. Sangat sedih rasanya jika ada seseorang yang ‘ngotot’ ingin berproses dengan seseorang. Bukan tidak boleh.. tapi kenapa harus mempersulit diri sendiri. Ibarat dirinya punya kesempatan mendapatkan jodoh dengan himpunan semesta 100 orang, tetapi karena memaksa dengan 1 orang akhirnya bisa jadi yang sesungguhnya jodohnya diatara 99 orang yang lain menjadi terhambat. Ah.. ruginya.. kenapa tidak berupaya membuka hati agar jodoh lebih mudah menghampiri. Kenapa mempersulit diri sendiri.. Padahal pengetahuan kita itu amatlah sangat sempit dibandingkan pengetahuan Allah.. kenapa tidak diserahkan kepada Allah.. lagi-lagi kenapa?

dan..

11 April 2011 pagi hari di ingatkan kembali oleh murobbi untuk segera memasukkan biodata ke email beliau..

Deg.. deg..

Bismillah,

Sent!

Dan, saya tahu, setelah data ini dimasukkan, masuklah pada fase menunggu..

saya tau bagaimana kesibukan murabbiku, saya tahu betapa banyaknya biodata para lajang yang menumpuk dan mengantri untuk diproses, saya tahu tidak sedikit yang menunggu bahkan lebih dari 1 tahun lamanya.

Tapi saya tau, bahwa Allah yang Maha Kuasa

Tak akan tertunda sesuatu jika memang waktunya telah tiba dan tidak akan dipercepat sesuatu yang belum waktunya..

Setelah itu, ibu dan bapak mengajak rehat jauh dari rimbunnya Kota Bandung, menuju Kota lumpur, Siodarjo untuk beberapa waktu.

Kurang lebih 2 pekan sejak 11 April, saya kembali ke Kota Bandung.. Menjalani pembinaan pekanan spesial dengan teman-teman baru.. Esoknya saya dihubungi murobbi untuk ke rumah beliau, tanpa prasangka apa-apa karena sudah biasa membahas amanah kami ditempat yang sama. Taklama, bliau mengatakan sebuah kalimat yang membuat jantung ini berdetak sangat kencang, “agtri, datanya sudah diproses ya. Biodata ikhwannya juga sudah ada di teteh.”

Degh!

Jantung mulai tak karuan, tak menyangka begini cepat prosesnya…

Allah..

Kadang kurang nyaman menjadi orang ekspresif, pastilah saat itu murobbiku tahu betapa panas tubuhku mulai meningkat dan wajahku mulai memerah..

Tahu betapa terkejutnya saya,

beliau mencairkan suasana dengan meminta saya menebak siapakah ikhwannya.

Ah.. teteh..

manalah saya tahu..

Beliau memulai dari asal daerah, tahun lahir, hingga jurusan

*blank*

Ya, saya tahu, ada seorang ikhwan yang pernah saya tahu sesuai clue yang diberikan beliau..

Tapi..

Semakin saya mencari di dalam setiap file otak semakin saya tak temukan..

Siapa?

Hingga akhirnya beliau sebut kan sebuah masjid besar di Kota Bandung serta aktivitas tahfidz yang beliau lsayakan disana. Masjid habiburahman PT.DI. Saya tahu, tapi lidah serta merta jadi kelu.

Ah, tak mungkin rasanya..

Apalah saya ini..

spontan saya katakan pada murobbi, “tapi… teteh taukan berapa hafalan agtri….”

Beliau tersenyum dan mengatakan, “iya Agtri, ikhwannya tidak mensyaratkan seorang hafidzhah..”

Saya terdiam. Tak tau harus bicara apa.

Melihat saya terdiam, murobbiku mengatakan, “mangga diendapkan dulu, ini sudah teteh copykan biodata ikhwannya untuk dibaca.”

saya masih terdiam, terduduk tak percaya. tahukah apa yang saya pikirkan saat itu?

“apa alasan yang bisa saya berikan untuk menolak ikhwan ini. Bukan karena kekurangan yg ada pada beliau, tapi kekurangan yang ada pada diriku.”

Hingga petang hari, file itu tak juga kubuka. sejujurnya saya tak berani…

Selepas shalat magrib, sembari menunggu shalat isya, saya mantapkan hati untuk membacanya. Tak banyak, hanya 4 lembar saja namun padat berisi. Tanpa terasa, wajah saya sudah sembab dengan air mata *duh saya menangis lagi jika ingat hal itu*. Saya tak tahu.. kenapa saya mengeluarkan air mata. bahasa tulisnya lugas dan tegas tak ada unsur ‘perasaan’ yang tercantum didalamnya. Tapi.. tapi kenapa saya menangis?

Saya tidak mengerti..

Setelah menikah, saya baru menyadari betapa banyak kesamaan yang harusnya membuat kami mengenal sebelum prose situ. Tetapi Allah menjaga kami untuk tidak saling mengenal sampai tiba waktunya.

Kami sama-sama anak ITB. Beliau Geodesi dan Saya Planologi dimana gedung GD dan PL itu tetangga yang betul-betul tetanggaan. Nyatanya kami sama-sama tidak menyadari

Kami sama-sama berasal dari Provinsi Sumatera Selatan. Saya dari Palembang dan beliau lama tinggal di Baturaja dan Martapura. Kesempatan kami untuk bertemu di MUSI (Mahasiswa Bumi Sriwijaya), unit kedaerahan di ITB sangat besar tapi nyatanya kami tidak bertemu.

Kami sama-sama cinta buku dan tempat langganan beli buku kami adalah di tazkia (Gelap Nyawang) tetapi kami tidak merasa pernah bertemu ketika membeli buku.

Kami sama-sama aktif di Gamais. Beliau secara angkatan adalah junior saya (2006) sedangkan saya masuk ITB 2005 karena saya ikut program akselerasi ketika SMA, walaupun secara usia tetap beliau lebih tua dari saya (jadi jangan bilang teh Agtri nikahnya sama brondong ya.. hehe). Beliau aktif di MSDA (kaderisasi)  dan saya di Annisa. Beliau sempat diproyeksikan menjadi kepala departemen MSDA dan saya menjadi Majelis Syuro. Tapi akhirnya beliau memilih untuk fokus menghafal jadi mengundurkan diri dari Gamais. Kebayang kalau beliau jadi di MSDA pasti saya akan sangat mengenal beliau. Nyatanya Allah lagi-lagi menjaga

Kami sama-sama suka makan masakan padang. Langganan kami di Talago Biru Pelesiran. Nyatanya? Kami nggak ngerasa pernah ketemu pas beli

Kurang lebih 3 hari saya ‘galau’, berusaha memantapkan diri. Saya jenuh. Akhirnya saya main ke kamar saudari saya, disana iseng saja, saya ambil sebuah buku pernikahan yang ia miliki. Saya buka random sebuah halaman. dan.. dihalaman itu, saya mendapatkan pertanyaan yang selama 3 hari ini saya bingungkan..

Dan Bismillah, saya mengirimkan jawaban “insyaAllah lanjut teh..” ke murabbiyah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: